Kutinggalkan kota Solo3 untuk terbang menuju kota baru yang mungkin akan memberikan nasib lebih baik bagiku. Posisiku sudah cukup lumayan ditempat aku bekerja, cukup kalau hanya sekedar menghidupi diriku sendiri, tapi untuk menghidupi kejenjang selanjutnya nanti, aku tidak tahu. Setelah kupikir lama dan atas persetujuan orang tua, akhirnya aku berangkat juga. Hanya saja ada torehan luka yang tersayat menjelang saat2 keberangkatanku, pacarku memutuskan untuk tidak memberikan lagi curahan cintanya kepadaku, jarak yang terlalu jauh katanya, alasan klise yang membuat hatiku hancur, perjuanganku selama ini ternyata sia2, pengorbananku terhadapnya terlempar begitu saja. Tapi aku hanya bisa menangis dan menangis memalukan mungkin.
Ter_tatih2 di kota baru, aku tidak perduli, hidup kuanggap sebagai permainan judi, kalah dan menang adalah keniscayaan. Kehidupan baruku terisi dengan kerja dan kerja. Dalam CV LSD itulah Aku bersemayam.
Aku pun bisa menabung, penghasilan yang kudapatkan jelas jauh lebih besar dari pada yang kudapatkan di Desa, tak lupa setiap bulan aku mengirim sebagian ke orang tua dan sebagian lagi aku sumbangkan untuk pembangunan Mushola di RT ku yang sedang dilakukan pembangunan dan sampai sekarang belum selesai. Orang tuaku begitu bahagia, itu terlihat dari surat2 yang mereka kirimkan, tak lupa juga ada salam dari ketua RT segala, yang sangat berterima kasih telah menyelamatkannya dari coreng moreng cemooh atas ter_tunda2nya pembangunan masjid itu.
1 tahun berlalu..........................
Bertepatan dengan hari jadi Kota Magelang dan Ulang Tahunnya Waaikota, tak jauh dari tempat aku bekerja berinisiatif untuk ikut merayakan, dengan apa yang kami bisa. Aku dan para teman2 sekerja pun mulai berunding, ada yang menginginkan pemutaran film, ada yang drama, ada yang ballet, ada yang ingin diadakan sekedar pesta kecil2an, ada pula yang tidak mau mengadakan acara mengingat kami kekurangan orang.
Tapi akhirnya diputuskan untuk membuat dua acara, ballet dan drama. Hampir semua dari kami diharuskan bermain, bahkan "Sayeg" satu2nya laki2 di antara kami pun diwajibkan ikut. Untuk ballet dipilih bagian terakhir dari cerita "Romeo and Juliet" yang mengharukan itu, setelah berdebat seru karena sebagian yang lain ingin "Don Quixote", karena kisahnya lebih heroik. Untuk drama kami memutuskan untuk memainkan "The Inspector-General" sebuah drama komedi ala Rusia. Aneh2 saja memang, ternyata Rusia mempunyai permasalahan yang hampir sama dengan bangsaku Indonesia, penuh dengan pejabat yang korup dan sewenang2, berteriak2 seakan komunis**tetapi berjiwa oligark***. Sayeg membisiku begitu, setelah melihat aku hanya melongo saja, karena aku tidak tahu apa isi drama Rusia itu.
Aku kebagian peran menjadi Juliet, dan setelah beberapa lama berdebat, Anice kebagian peran Romeonya. Sebenarnya peran itu ditugaskan ke Sayeg tapi Sayeg dengan mentah2 menolaknya, selidik punya selidik, ternyata dia seorang gay, yang mungkin jijik jika berciuman dengan lawan jenisnya seperti aku ini. Rumor itu ternyata benar, Sayeg yang akrab sekali dengan dunia malam itu, sepertinya sudah bosan dengan perempuan dengan segala tetek bengeknya.
Siang itu pertunjukan begitu meriah, Dan pertunjukan balletku sebagai Juliet adalah pertunjukan pamungkas, dengan adegan ciuman Romeo kepada Juliet, Anice menciumku dengan lembut, lembut sekali, getaran yang bertransformasi menjadi sensasi indah. Aku kaget campur bingung, ciuman itu terasa sangat lain. Geletarnya merambat ke seluruh tubuh...., aku sampai meneteskan air mata.
Setelah acara selesai, Anice menghampiriku, menanyakan apakah aku baik2 saja, karena melihat aku menangis tadi. Aku bilang baik2 saja, karena aku menangis bukan karena sedih, tapi karena ada sesuatu yang tak terkatakan dalam ciuman tadi. Anice mengundangku datang ke rumahnya malamnya, sekedar untuk masak bersama dan keluar ke pusat kota untuk sekedar cuci mata.
Sudah agak larut ketika kami pulang dari tempat kerja kami, aku dan Anice yang kebetulan tinggal tidak terlalu jauh pulang bersama2. Dingin musim semi masih semilir menebarkan nuansanya, masih membuat bunga2 sedikit malu untuk menawarkan indahnya. Kami berjalan agak bergegas, diantara persawahan yang aku tinggali. Anice berjalan sambil menggenggam tanganku, dingin yang tadi aku rasakan, berubah menjadi hambar atau mungkin netral, aku tidak tahu. Yang pasti aku seperti cawan anggur yang telah kehilangan isinya, berisi partikel2 udara dan siap dimasuki oleh tuangan selanjutnya.
Sekitar jam 7 malam, aku ke dapur untuk memasak. Tak lama kemudian Anice pun datang, dia sudah berpakaian rapi, agak lain dari biasanya. Kami pun masak hambuerger dari ketela, salah satu makanan favorit yang hampir disukai semua orang di tempat kerja kami.
Diam2 Anice merangkulku dari belakang dan membisikkan..
"I love you..."
aku segera menyibakkan tangannya, dan berbalik arah.
"Kamu gila ya......" dengan nada ketus aku mengucapkannya, tak tahu apa ada kata lain yang lebih bagus.
"Kebahagiaan orang yang dicintai adalah kebahagiaan orang yang mencintai" dengan tatapan matanya yang nanar ke arahku, Anice dengan geragapan mengucapkan kalimat itu.
Aku terdiam..................???.
Kami tinggal serumah sekarang, sedari awal aku sudah berusaha menyembunyikan berita ini. Tapi gosip dengan santernya beredar, apalagi di kalangan LSD. Aku menjadi terasing di forum yang biasanya itu. Anggapan bahwa aku seorang lesbi membuat mereka berhati2 terhadapku, dan dari pandangan mata mereka tampak sekali bahwa mereka seakan jijik melihatku. Itupun ditambah dengan sindiran2 halus nan menyakitkan dari teman2, tentang berbahayanya homoseksual (menyukai sesama jenis kelamin) baik itu gay ataupun lesbi. Bahkan cmplon, yang selama ini sangat dekat denganku, dan aku tahu dia memang menyukaiku, berubah 180% menjadi memusuhiku.
Hatiku hancur, arus yang biasanya ramah kepadaku, kini semakin deras menyeretku dan merobek2 pertahananku dengan pusaran2nya yang dahsyat dan mematikan. Tapi aku berusaha menguasai diriku, apapun yang terjadi, akal harus selalu berada di atas perasaanku. Kala sendiri di rumah dan Anice sedang kerja, aku sering menangis, mengapa Tuhan membalas ketaatanku selama ini dengan perasaan seperti ini. Tapi sekali lagi aku tidak perduli, apakah Tuhan yang katanya penuh cinta itu akan melarang makhluknya untuk mencintai makhluk lainnya walaupun itu sesama jenis. Tuhan geram atas tindakan penghuninya, dan sekarang anaknya yang melakukan hal yang sama.
Anice sudah mengatakan tentang hubungan kami kepada orangtuanya, dan dia sekarang menuntutku untuk melakukan hal yang sama, liburan summer ini dia ingin aku memperkenalkan dia ke keluargaku. Aku shock berat, tak tahu harus berbuat apa, berpikirpun aku tak berani, aku yang sudah sedemikian terisolir di kalangan sahabat2ku itu, tak mau membayangkan jika juga harus terdepak dari keluargaku yang sangat aku cintai. Sedemikian pedih penderitaanku, dan tidak ada yang bisa aku ajak membagi cerita, apalagi membagi duka. Kalutku semakin memuncak, sampai aku sakit, beberapa hari ini aku tidak masuk kerja. Kadang ada pikiran untuk mengakhiri saja hidup ini, tapi ketika kupikir lagi, bukannya menyelesaikan masalah, malah akan tambah memperparah. Tiba2 ada keinginan untuk memainkan hp-ku, dan mataku terantuk pada sebuah nama, Cmplon, dia yang selalu diam dan seketika berubah menjadi play maker dengan canda dan kata2nya. Aku meneleponnya...
"Met Cmplon *****......." terdengar suara merdunya di ujung sana.
"Assalamu 'alaykum, Plon kamu bisa datang ke rumahku sore ini"
"Hhmmm, aku kerja sampai jam 5 sore, gimana klo agak malam, jam 7an gitu, tidak apa2 kan..?"
"Oke deh, klo kamu capek ya jangan, tapi klo tidak terima kasih sekali.
Cmplon datang tepat waktu, sudah menjadi kebiasaannya, justru karena dia tidak pernah memakai arloji. Gatal katanya kalau pakai arloji, dasar orang kampung hehehe..., tapi konon Cmplon ini pinter, dan religius juga, puasa senin kamisnya gak pernah ketinggalan. Tapi persetan dengan itu semua, mau dia puasa, mau dia sholat, mau dia bajingan, aku tidak perduli, aku hanya ingin curhat. Meminta sekedar pendapat tentang masalahku.
"Tuhan menghukum kaumnya NabiLuth, karena mereka mau melakukan homoseksual itu dengan paksa, dan waktu itu akan dilakukan kepada tamu nabi Luth, sebenarnya jika dengan baik2 dan tidak memaksa, mungkin kejadiannya akan berakhir lebih bagus"
aku kaget bukan alang kepalang, kata2 menyejukkan pertama kali yang kudengar dari orang yang kubayangkan beragama. Setelah aku cerita panjang lebar tentang diriku, aku hanya bisa berharap bahwa Cmplon menasihatiku baik2 bahwa perbuatanku salah dan sebagainya, atau menjelaskan bahwa perbuatanku adalah salah satu mental disorder ( kelainan jiwa).
Aku tidak berhak menyalahkanmu atas pilihanmu, karena cinta adalah ungkapan tulus seorang anak manusia, siapapun itu bahkan Tuhan sekalipun tidak berhak melarangmu"pernyataan keduanya lebih membuat aku kaget lagi, seorang Ahmad yang selama ini diam ternyata menyimpan pernyataan2 toleran dan egaliter semacam itu.
"Tapi aku pernah juga mencintai seorang laki2, aku takut kalau aku mengingkari kodratku" aku masih kurang percaya apa yang dikatakan Cmplon, aku hanya ragu mungkin saja dia hanya ingin mengurangi deritaku dengan ucapan2nya.
"Memang, karena memang homoseksualitas tidak hanya dari nature saja, tapi juga dari nurture, lingkungan yang membentuk kita. Setiap orang bisa berbeda dalam tahap identifikasinya, teman sekolahku, seorang cowok yang sejak kecil tinggal bersama neneknya dan dikasih main boneka2 an akhirnya dia mempunyai sifat gay juga"
Krinnggg....Kringgg...Kringg...........
suara bel dipencet, rupanya Anice sudah selesai kerja. Aku segera bangkit meninggalkan Cmplon dan membuka pintu untuk Anice.
"selamaat malaam..*******" suara serak Anice langsung keluar begitu pintu terbuka.
"Malaam juga..********"
Anice langsung mencium aku di bibir. Setelah bibirnya lepas, aku segera ingin memperkenalkan Anice pada Cmplon, Cmplon rupanya agak melengos, mungkin baru pertama kali bagi dia menonton adegan ciuman dua cewek secara langsung di depan matanya, sehingga sifatnya yang malu2 menuntunnya untuk lebih baik tidak melihat.
Setelah perkenalan basa basi, Anice langsung pergi ke kamar mandi, dan aku melanjutkan percakapanku dengan Cmplon di kamar. Aku lebih suka di kamar karena pembicaraan kami memang rahasia, dan Anice tahu itu. Dia tidak cemburu kalau aku memasukkan cowok ke kamarku, tapi kalau cewek, dia pasti akan marah habis2an.
Rupanya dibalik diamnya, Cemplon adalah sahabat yang sangat hangat dan charming, pendengar yang baik dan pengertian. Sehingga dengan itu, aku mendapatkan perasaan untuk bebas mengungkapkan segala keluh kesahku.
Aku memeluk Cmplon, dia rupanya kali ini yang kaget....
"Terima kasih ya......."
tubuh Cmplon begitu hangat, tiba2 saja aku mengarahkan bibirku ke bibirnya, dia semula mengelak ke belakang, tapi aku segera menarik tubuhnya kembali.
"Kamu gila ya.." bisik Cmplon pelan-pelan.
"Cinta itu tidak sesederhana yang kita rasa" aku kembali memagut bibirnya.
THE AND
Tidak ada komentar:
Posting Komentar